Selain hal itu, Guru killer memberikan kritik yang keras dan mempublikasikan nilai siswa di depan kelas tanpa memberikan kesempatan untuk perbaikan atau klarifikasi. Hal ini menciptakan atmosfer yang sangat kompetitif dan menekan, daripada mendorong siswa untuk belajar dengan sukarela.
Pendekatan ini dapat menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk pembelajaran, menghambat kreativitas, dan merugikan perkembangan siswa.
Dampak negatif dari pendekatan ini juga dapat menciptakan jurang antara guru dan siswa. Siswa mungkin merasa takut atau tidak nyaman untuk bertanya, menghambat pertumbuhan intelektual mereka dan merugikan potensi belajar yang seharusnya memotivasi mereka.
Berkaitan dengan hal di atas guru harus mampu mengubah pandangan guru killer menjadi guru humble. Pergeseran dari “guru killer” ke “guru humble” merupakan tantangan yang tidak hanya dihadapi oleh para pendidik, tetapi juga oleh sistem pendidikan secara keseluruhan. Penting bagi kita untuk mulai mengubah paradigma pendidikan yang berfokus pada hasil dan statistik belaka, dan beralih ke pendekatan yang lebih holistik dan manusiawi.
Paradigma pendidikan, bukan hanya tentang penguasaan materi pelajaran, tetapi juga tentang membentuk karakter dan kepedulian sosial. Oleh karena itu, melatih para guru untuk menjadi lebih peka terhadap kebutuhan emosional dan psikologis siswa adalah langkah penting menuju transformasi pendidikan yang lebih baik.
Baca berita di halaman selanjutnya…
Saya setuju dengan apa yang sudah ibu tuangkam