Oleh: Deni Hamdani
Pegiat Lingkungan Hidup Lembaga Bale Rancage Majalaya

SAMBASNEWS.id – Kita mulai dari cerita jalan tol Soroja yang digagas sejak jaman Gubernur Aher. Proyek berjalan hampir 10 tahun untuk panjang hanya 15 km. Beberapa kali ganti desain geometrik awalnya simpang susun di Kopo jadi di Pasir Koja (final desain 2015). Memang rencananya fase 1 sampai Kantor Bupati dan fase 2 sampai Ciwidey (tapi tidak sampai Pangalengan).

Apakah ini aspirasi dari bawah? Karena secara ekologis terkait cathment area tentu tutupan lahan (tuplah) kebun teh beda dengan hutan tropis, karena ukuran kedalaman akuifernya juga berbeda. Ini yang jadi problem terhadap neraca air, apalagi kalau menembus kawasan Cagar Alam Gunung Tilu.

Siapa yang menikmati jalan tol ini?
Di fase 2 ada interchange di daerah Katapang yang terkoneksi dengan Banjaran dan Majalaya. Urgensinya?

Secara ekologi akan berdampak pada sosial jangka panjang, karena secara ekonomi bukan lokal yang menikmati.
Hitungan Soroja saja biaya awal 1,6 T membengkak hampir 2x jadi 2,8 T. Hitung saja 15 km jasi 1 m berapa juta.

Fase 2 ini topografinya akan berkelok seperti ular. Kalau mengikuti standar gradien longitudinal (memanjang) 2,5% jalan bisa 2 lajur, tapi kalau mau memaksakan tak banyak belokan tapi lurus memanjang maka max 4% sehingga perlu sampai 4 lajur untuk kendaraan berat.

Artinya kalau 1 lajur 4 m, maka x 3 jadi 12 m x 2 kiri kanan = 24 m + median 2 m jd 26 m ( ini jalur manfaat untuk konstruksi). Maka umumnya DMJ jadi sekitar 50 m dengan bahu dan utilitas pinggir jalan.

Baca berita dihalaman selanjutnya…

Baca Juga  Kota Cimahi Kini Miliki Pojok Ikan Hias di Pasar Atas Baru

By Sambasnews

Santun Dalam Bahasan, Lugas & Faktual

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *