JAKARTA, SAMBASNEWS.ID – Dampak pencemaran batu bara di Rusun Marunda masih dirasakan warga hingga hari ini, Sabtu (19/3/2022). Ada sejumlah informasi yang diperoleh Retno Listyarti. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari warga Rusun Marunda, dimana anak-anak dan orang dewasa masih terus menjadi korban akibat polusi yang ditimbulkan oleh penggunaan batu bara oleh PT KCN. Paling banyak keluhan yang disampaikan adalah iritasi pada mata akibat partikel halus batu bara masuk ke mata, menimbulkan gatal padahal bahaya jika di kucek matanya. Selain itu, sakit pernafasan juga kerap dialami warga Rusun Marunda.
Sejumlah video juga disampaikan warga diantaranya abu batu bara di lantai-lantai rumah warga, abu menempel pada barang-barang di rumah, perkakas masak di dapur, dll. Ada sejumlah foto warga yang mengalami iritasi pada mata, baik anak-anak maupun orang dewasa akibat debu batu bara, mata merah dan gatal. “Selain iritasi mata, penyakit pernafasan seperti batuk, pilek dan radang tenggorokan juga masih banyak dialami warga rusun Marunda. Oleh karena itu, perlu kehadiran Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, yang menurut warga belum hadir hingga saat ini”, ungkap Retno.
Jika membahas dampak pencemaran batu bara, maka penelitian Greenpeace Indonesia (2015) dapat dijadikan rujukan untuk mengetahui seberapa besar dampaknya bagi manusia yang berada dekat dengan sumber pencemaran, Penelitiannya berjudul Kota Batu Bara dan Polusi Udara tersebut mengungkapkan bahwa polusi udara merupakan pembunuh senyap yang menyebabkan 3 juta kematian dini (premature death) di seluruh dunia. Pembakaran batu bara adalah salah satu kontributor terbesar polusi yang menyebabkan peningkatan risiko kanker paru-paru, stroke, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan.