Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan kearifan budaya dalam pembelajaran. Pendekatan konstruktivisme mendukung pendekatan ini dengan mendorong penggunaan konteks lokal sebagai bahan pembelajaran yang kaya dan bermakna bagi siswa. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan relevansi pembelajaran.
Dalam pendekatan konstruktivisme di bawah Kurikulum Merdeka, evaluasi lebih berfokus pada pemahaman mendalam daripada sekadar penghafalan. Metode evaluasi seperti proyek, portofolio, dan penugasan bervariasi dapat memberikan gambaran yang lebih holistik tentang pencapaian siswa.
Meskipun pendekatan konstruktivisme sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka, tantangan seperti keterbatasan sumber daya dan kebutuhan pelatihan guru perlu diatasi. Investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan pembelajaran berkelanjutan akan membantu meningkatkan efektivitas implementasi konstruktivisme.
Dalam Kerangka Kurikulum Merdeka, pendekatan konstruktivisme menjadi pondasi bagi pendidikan yang lebih responsif terhadap kebutuhan lokal dan karakteristik siswa. Dengan memanfaatkan fleksibilitas yang diberikan oleh Kurikulum Merdeka, pendekatan konstruktivisme dapat mengarah pada pengalaman pembelajaran yang lebih relevan, bermakna, dan memberdayakan siswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
(Mang Sambas)