Jakarta, Sambasnews.id – Eks Menteri Kesehatan (Menkes), Siti Fadilah Supari, tampak heran dengan fenomena ‘hilang’nya Covid-19 secara mendadak di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Siti Fadilah mencium keanehan bahwasanya Covid-19 mendadak ‘hilang’ bukan karena vaksin karena cara berhentinya menurutnya tak biasa sehingga jangan heran jikalau rakyat curiga.
Sebagai informasi, selain Indonesia, Covid-19 memang tampak ‘hilang’ di beberapa negara lain, salah satunya Jepang.
Jika Indonesia belum melakukan penelitian apa pun, di Jepang, kata Siti, kini justru tengah disibukkan dengan beberapa penelitian. Ia mengungkapkan bahwa para tenaga ahli kesehatan di sana juga merasa janggal, mengapa Covid-19 tiba-tiba bisa ‘hilang’.
“Memang demikian, kenapa kok tiba-tiba hilang? Sekarang di Jepang mereka sibuk sekali untuk meneliti apakah Covid lenyap karena banyaknya melakukan mutasi atau karena teori lain,” beber Siti Fadilah dalam kanal YouTube Karni Ilyas, dikutip terkini.id via Hops pada Jumat, 26 November 2021.
Sejauh ini, Indonesia baru memperkirakan meredanya covid di Tanah Air karena herd imunity yang meluas atau karena penetapan PPKM, atau bahkan virus yang memang terlalu banyak bermutasi. Namun, Indonesia hingga kini belum melakukan penelitian apa pun secara mendalam.
Siti Fadilah Supari lalu menyatakan sangat ragu jika Covid hilang karena efek dari vaksin. Sebab, Eropa yang mengalami lonjakan ketiga, tingkat vaksinasinya sudah sangat tinggi, bahkan sudah 80-90 persen warga di sana sudah disuntik vaksin.
“Kalau karena vaksin, Eropa enggak akan meledak. Jangan salah, Eropa sudah habis-habisan. Jadi, kemungkinan soal vaksin sudah terjawab, Covid lenyap bukan karena vaksin.” Siti Fadilah Supari lalu menyinggung bagaimana adanya ramalan yang menyebut Indonesia bisa jadi akan dihantam gelombang ketiga Covid pada Desember mendatang. Namun, pakar epidemiolog saja menyatakan belum mengarah pada kesimpulan itu.
Maka dari itu, Siti menyayangkan jika Pemerintah berencana menetapkan status PPKM level 3 pada sejumlah daerah di Indonesia akhir tahun ini.
“Ramalan orang-orang berilmu dan berpikiran sehat tentu harus berdasarkan data dan menurut dr. Pandu Riono, belum ada kemungkinan itu (gelombang ketiga), belum nampak.”
Siti Fadilah Supari pun berharap agar Pemerintah tak gegabah menentukan PPKM level 3 pada akhir tahun karena akan berdampak besar pada ekonomi rakyat, terlebih kekhawatiran itu saja belum disampaikan epidemiolog.
Ia kemudian tak merasa aneh dan tak heran jikalau rencana penerapan PPKM level 3 lalu diidentikkan pada upaya Pemerintah menggenjot kembali akses PCR dan swab.
Sebab, katanya jika Pemerintah takut dengan Covid gelombang ketiga, maka seharusnya sudah bisa belajar dari kasus Juli lalu, yakni persiapan soal oksigen agar angka kematian tak kembali besar dan bukan malah hanya memberlakukan penerapan PPKM level tiga.
Bahkan, Situ merasa aneh, jika bukan Desember, maka kekhawatiran itu bisa digeser pada Februari 2022 mendatang.
“Lho kok bisa digeser-geser ke Februari? Untuk apa? Untuk yang mengerti, tentu ini sesuatu yang aneh, apalagi berhentinya Covid karena dengan cara tak biasa,” tuturnya.
“Maka jangan aneh (heran) pula kalau rakyat curiga kalau Pemerintah menerapkan itu hanya karena sesuatu kepentingan tertentu.” pungkasnya.
(Red/Terkini.id)