Wajib Baca !! Kita harus banyak belajar dari sosok “ENGKUS KUSMANA”

Ada kurang lebih 10 sampai 12 orang yang bekerja di ruangan berbau sampah itu. Masing-masing karyawan mendapatkan upah rata-rata Rp.85.000/hari. Mereka secara serius dan penuh semangat memilih dan melilah sampah yang berasal dari 2300 rumah dengan rata-rata sampah yang masuk ke demplot itu sebanyak 8 ton setiap harinya.

Namun ada satu hal yang menarik dilokasi TPS itu, Kang Engkus mengelola sampahnya semaksimal mungkin agar residu yang dihasilkan untuk dibuang ke TPA menjadi sangat sedikit.Dari total sampah yang ada pada akhirnya residu yang dibuang ke TPA hanya 25% dan beliau terus mencari solusi agar jumlah residu itu semakin sedikit bahkan menuju ke 0% (Zero waste). Untuk membuat sampah itu semakin banyak dikelola dan semakin sedikit residunya, beliau membuat kemasan TPS itu terintegrasi dengan kreatifitas berbasis teknologi lainnya. Perlu kita ingat bahwa kandungan sampah rumah tangga hampir 65% merupakan sampah organik dan inilah yang menjadi perhatian beliau untuk dikelola lebih maksimal.

Bacaan Lainnya

 

Sebagian dari sampah organik itu ada yang dikelola menjadi Biogas melalui Biodigester komunal sistem tanam sampai menjadi gas yang bermanfaat, sementara sampah organik lainnya diuraikan dengan menggunakan sistem BSF (Black Soldier Fly) atau Lalat Tentara Hitam melalui Maggotnya. Setelah maggot-maggot itu membesar maka dimanfaatkan untuk pakan ikan dan ternak ayam serta pengelolaan yang lainnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *