FSGI : Guru dan Siswa Bukan Kelinci Percobaan, Jangan Ada Dualisme Kurikulum Nasional Dalam Satu Tahun Ajaran

Konsep Pendidikan dan implementasi kurikulum prototipe yang telah dirancang oleh Kemendikbudristek ini sebenarnya memberikan harapan besar sekaligus tantangan yang sangat kompleks pada perubahan kebijakan Pendidikan menuju Paradigma Baru. Namun jika diberlakukan secara optional, maka efektivitas dan keberlanjutannya tidak akan maksimal.

Jangan sampai hal ini turut memberikan opsi bahwa ketika kurikulum prototipe ini tidak berjalan baik di sekolah-sekolah yang ditunjuk, dan atau tidak memenuhi tahapan maupun fase capaian pembelajaran kemudian menjadi alasan mudah untuk membatalkannya kembali. “Sejatinya kebijakan pendidikan harus jelas, pasti, dan terencana secara sistematis. Bukan berubah-ubah tanpa kajian perencanaan jelas, tidak transparan, sehingga sulit di akses public. Jangan jadikan guru dan peserta didik sebagai kelinci percobaan kebijakan yang tidak jelas”, tegas Heru.

Bacaan Lainnya

Rekomendasi

1. FSGI mendorong MendikbudRistek Nadiem Makarim segera memutuskan dengan tegas di tahun 2022 akan menggunakan Kurikulum Prototipe untuk seluruh sekolah di Indonesia. Jika harus menunggu tahun 2024 terlalu lama dan sangat beresiko bagi pendidikan nasional. Oleh karena itu, lebih baik jika Mas Menteri memutuskan kurikulum baru itu sekarang disertai kajian akademik dan dasar peraturan perundang-undangannya. Bila tidak, maka hasil ujicoba opsional hingga 2024 berpotensi untuk dibatalkan dan atau malah tidak digunakan. Ini berpotensi merugikan keuangan Negara;

2. FSGI mengingatkan, jika KemendikbudRistek memutuskan menggunakan Kurikulum Paradigma Baru, maka KemendikbudRistek wajib mengadakan perubahan pada sistem seleksi Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), agar uji coba kurikulum prototipe akan berhasil dan seiring dengan proses pembelajaran dan pengalaman belajar peserta didik. Jangan sampai peserta didik dirugikan. Karena saat ini seleksi PTN masih berbasis kognitif semata.

Pos terkait