Para pembelajar justru harus bisa membaca tanda-tanda zaman. Artinya hasil pembelajarannya harus adaptable dengan perubahan dan ini merupakan kunci kesuksesan.
Kita harus bisa memaknai bahwa belajar itu tidak hanya bicara pendidikan formal sehingga terpasung oleh waktu namun belajar haruslah sepanjang hayat.
Satu hal yang sangat berat dari memaknai konsep belajar adalah bagaimana mengenal diri sendiri.
Hakikat dari belajar itu adalah adanya perubahan sikap dan perilaku ilmu pengetahuan skill yang harus lebih baik dari putaran waktu sebelumnya.
Satu hal yang dapat menyimpulkan tentang hasil dari kualitas pembelajaran diantaranya kita dapat melihat dari studi kasus sungai yang setiap hari kenyataannya tidak bertambah bersih padahal pada sisi lain lulusan lulusan sarjana tiap hari begitu banyak.
Dan ini bisa menandakan bahwa ada yang salah dengan pendidikan di kita.
Secara nyata harus kita sadari bahwa ruang pendidikan itu terbagi menjadi 3 bagian, ada pendidikan akademik, pendidikan vokasi dan ada pendidikan profesi.
Sementara itu berbicara tentang kualitas pendidikan di kita, Prof. Cecep mengatakan sejatinya kita masih tidak bisa Menutup Mata bahwa minat baca masyarakat kita sangat rendah dan harus kita pahami bahwa salah satu jendela untuk membuka Cakrawala wawasan pembelajaran yaitu melalui membaca.
Lembaga pendidikan harus mendorong semangat membaca Sementara sebagai upaya mengintegrasikan learn, unlearn dan relearn pada semua ruang dimana anak berada dan upaya saling berbagi ruang itu juga harus terjadi masuk di lingkungan rumah dan di lingkungan masyarakat sehingga keberhasilan pendidikan hanya sebatas tanggung jawab lembaga pendidikan.
Ingat, “Kita hidup di Universitas Kehidupan, Fakultas Kebenaran dan Jurusan Kejujuran”, tegas Cecep.
Tulisan ini dibuat dari hasil wawancara Prof. Cecep Darmawan dengan Radio Idola Semarang (6/1/22).
(Kang Amat)