Kemudian Jokowi dan group istananya, sudah barang tentu secara alamiah pengaruhnya melemah, dan tidak bisa lagi mengatur-ngatur partai-partai yang sudah memperlihatkan taringnya masing-masing untuk bertarung keras mencapai kemenangan di 2024, hal ini terlihat dari mbalelo-nya Nasdem dalam mencalonkan Anies. Semuanya akan kembali pada logika pasti politik tiada kawan dan lawan abadi, yang abadi hanyalah kepentingan, dan tentu saja logika pasti politik ini ukurannya hanya menang, dan siapa mendapat apa ? tidak akan pernah bisa di pungkiri, itulah hakikat politik yang sesungguhnya, di samping idealisme yang selalu menyertainya demi rakyat dan bangsa Indonesia.
Kembali kepada prospek politis paslon kuda hitam RK dan AHY, kedua figure kaum muda dan ganteng cakep milenial ini, sudah barangtentu elektabilitasnya akan terus meroket, karena secara alamiah akan membius kaum perempuan, gadis-gadis dan emak-emak. Kemudian merupakan kombinasi sipil dan militer, serta jangan lupa sudah sa’atnya suku Sunda suku nomor dua secara nasional, diberi kepercayaan untuk menjadi presiden RI yang ke 8, jangan selalu jawa dan jawa lagi. Ukuran ini bukan sara atau primordial, karena memang sekarang sudah lahir seorang Great Arsitek ITB Ridwan Kamil dari suku Sunda, yang sangat cocok memimpin bangsa Indonesia, sama halnya seperti Jokowi, yang mempunyai Gurat Mas, dari jadi walikota, jadi gubernur dan akhirnya menjadi presiden. Wallahu alam bishawab.
(Mang Sambas)