Indonesia Harus Beraksi, Bahaya Pecahnya Perang Nuklir Membayangi Ketegangan Rusia VS Ukraina

Presiden AS juga punya tas berkode ‘football’ seukuran koper, berisi perangkat untuk mengaktifkan nuklir mereka. Koper itu selalu dibawa-bawa pengawal Presiden. Namun kembali lagi, perang AS versus Rusia (apalagi perang nuklir) tak akan terjadi menyusul ketegangan Ukraina versus Rusia belakangan ini.

Masih ada potensi perang nuklir, yakni lewat ‘kecelakaan’ yang disebut ‘accidental detonation’. Perang nuklir pernah nyaris terjadi pada 1962, saat itu Uni Soviet menaruh peluru kendali di Kuba dan AS membaca peluru kendali itu berpotensi bermuatan nuklir. Perang Dunia III nyaris meletus. Saat itu awak kapal selam Rusia sudah berdebat di dalam kapal selam apakah menembak AS atau tidak, untungnya mereka tidak melepaskan tembakan. Perang terhindarkan pada saat itu. Namun, ‘kecelakaan kecil’ yang bisa memantik perang nuklir bisa saja terjadi lewat ketegangan Ukraina vs Rusia pada 2022 ini.

“Dunia memang menghindari perang nuklir, namun kita tidak tahu soal potensi terjadinya accidental detonation, peledakan mendadak, mungkin saja, bisa senggolan di laut tertentu, komunikasi dengan pusat susah terjalin, komandan di lapangan harus berinisiatif, mungkin saja terjadi,” kata Rezasyah.

Bila perang nuklir terjadi antara AS dan Rusia, bukan hanya AS dan Rusia yang kena dampaknya. Dampak perang nuklir bakal lebih besar ketimbang ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki Jepang. Dampak perang nuklir modern bakal lebih masif dari pada itu, yakni setara dengan meletusnya Gunung Krakatau Tahun 1883, seluruh dunia bisa kena dampaknya, paling tidak kena debu nuklir yang beracun. Rusak semua!

“Bisa terjadi nuclear winter, satu dunia terdampak. Itu bakal menjadi bencana besar,” kata Rezasyah.

Pos terkait