Bandung, Sambasnews.id – Situasi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Punclut pada hari Selasa (16/11). Setelah sebelumnya sempat berserakan ke jalan akibat terseret air hujan kemarin.
TPS Punclut ini terletak di sisi Jalan Bukit Raya, RW 03, Kel. Ciumbuleuit, Kec. Cidadap, Kota Bandung, tepatnya berada di sisi utara SMPN 52 Kota Bandung. Sejatinya lokasi ini difungsikan sebagai titik kumpul mobil-mobil bak sampah dari setiap RW untuk ditransfer langsung ke truk kontainer sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung tanpa harus menurunkannya terlebih dahulu.
TPS Punclut dengan luas area kurang lebih 50 meter persegi ini setiap harinya menampung tidak kurang dari 40 meter kubik sampah dari berbagai wilayah. Hingga kini mengakomodir sampah dari 14 RW, antara lain terdiri dari 3 RW di Kelurahan Hegarmanah (RW 01, 02 dan 11) dan 11 RW di Kelurahan Ciumbuleuit.
Sayangnya dari 14 RW yang memberi kontribusi sampah ke TPS ini, baru hanya 6 RW saja yang mengelola sampahnya secara kolektif. Dengan kata lain yaitu dengan cara menampungnya terlebih dahulu pada mobil-mobil bak sampah di tingkat RW masing-masing sebelum diangkut ke TPS Punclut.
Adapun pengelola sampah di keenam RW tersebut antara lain:
– Pak Edi, RW 01, Bukit Jarian, Kel. Hegarmanah
– Pak Ade dan Pak Ana, RW 02, Gandok, Kel. Hegarmanah
– Pak Cecep, RW 11, Bukit Jarian, Kel. Hegarmanah
– Pak Ganda, RW 05, Sangiang, Kel. Ciumbuleuit
– Pak Yana, RW 06, Rancabentang, Kel. Ciumbuleuit
– Pak Igo, RW 07, Cisatu, Kel. Ciumbuleuit
Sebagai solusi agar tidak terjadi penumpukan sampah, keenam mobil pengangkut sampah ini seperti biasanya telah sepakat untuk tidak menurunkan muatan sampah di lokasi TPS, mereka memarkirkan mobil bak sampahnya hingga truk kontainer sampah dari DLHK Kota Bandung tiba. Mau tidak mau, mereka harus bersabar nge-time di TPS, bahkan tidak jarang harus menunggu hingga sehari-semalam.
“Biasanya rutin setiap hari pada pukul 9 pagi truk kontainer sampah DLHK sudah tiba di TPS ini, dan siang harinya kami dapat kembali pulang untuk mengumpulkan lagi sampah warga agar diangkut ke sini pada keesokan harinya.”, ucap Pak Ade salahseorang pengelola sampah dari RW 02 Gandok, Kel. Hegarmanah.
Pak Agus, satu dari sekian orang pengelola sampah di TPS Punclut mengutarakan bahwa dari 11 RW di seluruh Kel. Ciumbuleuit hanya 3 RW saja yang mengelola sampah warga dengan menggunakan moda mobil bak pengangkut sampah, selebihnya warga di 8 RW lainnya membuang sampah sendiri menggunakan motor ke lokasi ini setiap saat, tidak jarang sampah tersebut dilemparkan begitu saja hingga menumpuk dan berserakan ke jalan.
“Kami berharap pengelolaan sampah di setiap RW di Kel. Ciumbuleuit kompak, seragam, dengan sama-sama menggunakan mobil bak dalam mengangkut sampah dari setiap rumah menuju TPS ini, dan bersedia menunggu di sini sampai truk kontainer DLHK datang, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah yang tak terkendali. Meski warga tidak melakukan pemilahan sampah organik dan non-organik, namun kami berharap warga Ciumbuleuit lebih tertib lagi ketika membuang sampah di TPS ini “, tutur Pak Agus.
Senada dengan Pak Cecep dari RW 11 Kel. Hegarmanah, Pak Edi yang mengemban tugas mengelola sampah warga RW 01 Kel. Hegarmanah dan mengangkutnya ke TPS Punclut pun menyampaikan bahwa dari 11 RW di Kel. Hegarmanah tidak seluruhnya dapat menggunakan fasilitas TPS Punclut yang terbatas, maka dari itu sebagian RW yang lainnnya mempergunakan fasilitas TPS Babakan Siliwangi di Kel. Lebak Gede, Kec. Coblong.
“Kami di sini berupaya untuk memahami persoalan sampah yang terjadi di hilir belakangan ini, dan berharap hambatan yang dihadapi DLHK Kota Bandung di TPA Sarimukti dapat berangsur pulih hingga kembali normal seperti biasanya, sehingga penumpukan sampah di Kota Bandung, terutama di TPS Puncut ini tidak berkepanjangan.
Mohon agar sampah-sampah ini dapat segera diangkut oleh DLHK. Jika berlarut-larut seperti ini, kekhawatiran kami yaitu berpotensi memicu konflik horisontal di lapangan, mengingat berbagai singgungan warga dalam hal penanganan sampah ini kini intensitasnya semakin meningkat, sedangkan kami pun seperti mereka, sama-sama warga, bukan Aparatur Sipil Negara”, pungkas Pak Ana Supriatna.
(Red/AS, WN/KT)