Oleh : Aris Sabthazi, S.Sos
(Guru sosiologi SMAN 1 Jamblang)
SAMBASNEWS.ID – Halo pembaca! kita jumpa lagi di tulisan ke tiga dalam belajar bareng bersama Dr. Melvin L. Silberman. Pada pertemuan kali ini kita akan belajar mengenai alasan mengapa kita-khususnya sebagai guru- perlu atau wajib belajar belajar aktif (active learning)?.
Ia mengawali dari kutipan seorang tokoh yaitu Konfusius, sekitar 2400 tahun silam. Menurut tokoh tersebut menyatakan: Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Dan yang saya kerjakan, saya paham. Petuah bijak di atas merupakan sebuah perenungan akan perlunya kita sebagai seorang guru untuk mengetahui dan mengevaluasi aktivitas yang sering kita lakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Apakah kita lebih sering menggunakan metode menerangkan, dari awal jam hingga akhir selesainya jam pelajaran?. Apakah sebagian atau sedikit waktu kita menerangkan dan lebih banyak berinteraksi atau prakteknya?. Ini yang menjadi perenungan buat kita.
Baca Juga :
ACTIVE LEARNING Menghidupkan Roh Belajar Siswa (1)
Hal ini oleh Dr. Melvin coba bahas. Apabila para guru lebih banyak menggunakan metode menerangkan, maka hal ini merupakan sebuah metode yang paling lemah dalam proses pemahaman siswa. Meski guru tersebut pandai dalam bercerita, beretorika, tetap saja memiliki kelemahan dalam pemahamannya. Sebab salah satu sifat manusia adalah lupa.
Ada dua alasan mengapa siswa mudah lupa dalam menangkap materi atau pesan yang disampaikan sang guru. Pertama, tingkat kecepatan guru berbicara dan kedua tingkat kecepatan pendengaran siswa. Umumnya manusia dapat berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata per menit. Jumlah kata itu baik yang disampaikan dengan jelas maupun kurang jelas, rata-rata sekian. Dari banyaknya kata itu yang dapat terekam dengan baik dalam memori siswa, sekitar 50 hingga 100 kata saja. Keadaan tersebut dilakukan oleh siswa dengan kondisi serius, berkonsentrasi, penuh perhatian. Namun Itu terjadi tidak dengan waktu yang lama.