Pemimpin Gincu
Mengutip kalimat bapak bangsa Indonesia, sang Proklamator Bung Hatta ” jadilah seperti garam jangan seperti gincu”. Garam itu ketika larut dalam makanan atau minuman perubahannya fisiknya tidak kasat mata, tapi pengaruh dan rasanya sangat menentukan. Berbeda dengan gincu, setetes gincu akan mengubah segelas air menjadi merah, tetapi rasanya tidak berubah. Pemimpin gincu mengutamakan pencitraan, bagai kiambang terapung, akarnya tidak pernah menjejak kebumi.
Pemimpin gincu penuh kepura-puraan, rakyat tidak akan pernah dibentuk menjadi cerdas. Karena kecerdasan rakyat akan membahayakan kekuasaan dan target kekuasaan selanjutnya yang akan dibidik. Kecerdasaan rakyat dapat mengungkap ketidak benaran dari pencitraan kesan baik yang selama ini dipropagandakan.
Sesungguhnya, banyak jejak perilaku pemimpin bangsa dan pemimpin besar lainnya yang dapat dijadikan acuan untuk diajadikan parameter, kemudian disandingkan dengan perilaku pemimpin yang akan dipilih. Adakah kesesuaian antara perilaku baik seperti bersedia mengorbankan hidupnya yang ada pada para pemimpin bangsa pada perilaku diri calon pemimpin yang akan dipilih. Seberapa besar nilai-nilai baik itu pada calon pemimpin yang akan dipilih. Semakin besar persentase kebaikannya maka semakin besar kelayakan untuk dipilih.