Bunda Nur Mengangkat Seni Aksara Buhun Dalam Karya Batiknya Bertema ”Ciburial”

CIMAHI, SAMBASNEWS.id – Rumah kreasi Bunda Nur Libiyana yang beralamat di jalan Sadarmanah no. 125 Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi, menjadi saksi penulisan Aksara Sunda buhun dan aksara kuno cacarakan ditorehkan oleh Maestro Aksara Mang Ujang Laip (Yudistira Purana Sakiyakirti), Batik hasil karya Bunda Nur mengusung tema ”Ciburial” yang mengandung arti air yang keluar dari dalam bumi.

Dalam kegiatan tersebut hadir Kang Hermana mantan Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cimahi.

Bacaan Lainnya

Saat dikonfirmasi terkait penulisan aksara kuno didalam karya batiknya,Bunda Nur(sapaan akrab Nur Libiyana) Mengungkapkan, ”Sebetulnya ada keinginan untuk mengangkat kepermukaan hal-hal yang belum tergali dan masih tersembunyi yang ada di Kota Cimahi, Padahal itu merupakan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki Kota Cimahi, yang sebelumnya kurang diminati dan kurang diperhatikan. Berangkat dari hal itu semoga kedepan menjadi hal yang dapat memperkaya hasanah seni dan budaya Kota Cimahi. Dalam batik yang saya buat ini mengusung konsep dari Cimahi itu sendiri, berasarkan pengalaman saat saya kecil Kota Cimahi ini memiliki mata air yang jumlahnya tidak terhitung, mungkin dengan hal tersebut menjadikan Kota Cimahi mendapatkan sebutan Cukup air atau Cimahi, namun saat ini keberadaan mata air agak sulit ditemukan di Kota Cimahi ini dikarenakan sudah beralih fungsi menjadi perumahan. Hasil karya batik saya ini mengadopsi dari apa yang dimiliki oleh Kota Cimahi tanpa harus mencari ide ari luar Cimahi, kita memanfaatkan kekayaan yang diwariskan oleh leluhur kita, itupun rasanya belum terkelola dengan baik, Saya berharap semoga ke depannya banyak anak-anak muda yang memiliki kepedulian dan bersikap bijaksana terhadap apa yang menjadi amanat para leluhur kita” , ungkapnya.

Pada saat yang sama, Mantan Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC) sekaligus Pemilik Sanggar Teater Bandung Mooi, Hermana menambahkan, ”Bunda Nur dengan ruang kreatifnya memang sudah sejak lama menggeluti seni budaya berbasis seni rupa dan fashion, Bunda Nur tetap mempertahankan eksistensinya dibidang seni rupa dan Fashion, Saya melihat bunda Nur memiliki ciri khas terutama dibidang Fashion, Karena Bunda Nur selalu mengangkat kearifan lokal Kota Cimahi khususnya filosofi-filosofinya, sehingga bisa menjadi Ikon yang dituangkan dalam fashion Kota Cimahi dan hal ini sebetulnya harus diperhatikan baik oleh Masyarakat maupun Pemerintah, bahwa Bunda Nur ini merupakan salah satu aset potensial untuk menularkan keahliannya kepada masyarakat Kota Cimahi khususnya fashion dan membuat batik khas Kota Cimahi, hal ini yang seyogyanya diterapkan dan diimplementasikan oleh dinas terkait. Saya berhrap masyarakat atau bahkan pemerintah Kota Cimahi agar jangan menengok dulu keluar namun diharapkan tengoklah potensi-potensi yang dimiliki oleh masyrakat Kota Cimahi, sehingga menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Kota Cimahi itu sendiri, jadi jangan dulu saat beli batik ke pekalongan, diharapkan pemerintah dapat menggali potensi yang ada di Kota Cimahi sendiri. Atau kita bisa padu padankan misalkan, untuk desainnya dari Bunda Nur dan untuk pembuatannya di Pekalongan,sehingga warga Kota Cimahi sendiri ikut merasakan manfaatnya.Dalam penggunaan batik ini untuk sementara hanya digunakan oleh pemerintah Kota Cimahi dan itupun masih sangat terbatas dihari tertentu saja sementara masyarakat Kota Cimahi nya belum, nah menurut saya bagaimana pemerintah mendorong agar batik ini dapat digunakan oleh masyarakat Kota Cimahi tentunya melalui himbauan dan aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sehingga bisa memberdayakan rumah-rumah batik yang di Kota Cimahi ini bisa menghasilkan Karya Batik yang lebih banyak dan bervariasi lagi”, tambah Hermana.

Sementara ditempat terpisah, Maestro aksara Sunda Buhun, Mang Ujang Laip menjelaskan terkait keikutsertaannya dalam menorehkan Aksara/Huruf Kuno Sunda Buhun dalam karya batik Bunda Nur, ”Saya berterimakasih kepada Bunda Nur yang masih peduli terhadap kearifan lokal khususnya terkait dengan Aksara Kuno, hal itu mungkin adanya ketertarikan saat Bunda Nur mengikuti launching Batik Aksara beberapa waktu yang lalu yang sampai saat ini tidak ada realisasi dari pihak pemerintah Kota Cimahi,makanya Bunda Nur ingin mengangkat ke Aksaraan dalam karya batik beliau, saya diminta untuk menorehkan dua tipe aksara yakni, aksara cacarakan dan Sunda buhun, hal ini saya fikir merupakan salah satu upaya dalam rabgka pemajuan kebudayaan lokal, sesuai dengan perda. Kota Cimahi tentang Pemajuan Kebudayaan Lokal, Saya berharap kepada pihak pemerintah agar mendukung kegiatan yang mengangkat seni dan budaya yang ada di Kota Cimahi. dari sisi kesejarahan tentang batik, untuk batik tulis sudah banyak diketahui khalayak namun untuk batik aksara masih sangat langka,di tahun 2018 kami sudah melaunching batik Aksara namun sampai saat ini realisasi dari pihak pemerintah tidak ada tindak lanjutnya, makanya melalui upaya bunda Nur ini saya selaku penggiat akasara merasa terangkat, Harapan secara pribadi dari saya bahwa hal ini tentunya harus mendapat dukungan dari berbagai pihak terutama pihak pemerintah Kota Cimahi, semoga dengan adanya upaya dari Bunda Nur ini merupakan salah satu upaya Bunda Nur untuk mencetak batik daerah disertai oleh Aksara Sunda buhun.” Pungkas Mang Ujang Laip atau Yudistira Purana Sakiyakirti kepada wartawan.

(Red)

Pos terkait