Perseteruan antara M Darwis dengan Sherwin Natawijaya hingga terjadinya perkara hukum dijelaskan Richard sebagai bentuk adanya ketidakpatutan Pelapor (SN) yang melanggar perjanjian. Pelapor mencoba membalikan fakta kebenaran dengan dugaan rekayasa alat bukti.
“Sebenarnya begini yaa. Dia membeli saham 5% pada tahun 2014 yang telah disepakati dengan nilai saham 15 miliar rupiah, dan melalui mekanisme pembayaran Dp 3,5 milyar dan sisanya bertahap 6 bulan lunas. “Perjanjian itu kan ada, karena Sherwin tidak sanggup menyelesaikan kewajibannya terhadap M Darwis sesuai klausul Pasal 2 poin 2 dan 3 yang tertera di perjanjian. “Jelas Richard.
Dia juga menjelaskan kliennya M Darwis tiba – tiba dilaporkan Sherwin Natawijaya di Polda Jawa Barat dengan tuduhan Pasal penipuan dan penggelapan tahun 2017. Atas laporan itulah kata Richard kliennya di proses hukum.
“Klien kami justru sebagai korban, karena Sherwin lah yang wanprestasi karena telah lalai tidak mematuhi perjanjian sehingga menyeret Direktur PT. Sela Bara, Muhammad Darwis dengan Nomor perkara 331/Pid.B/2023/PN Bdg.
Bahkan Richard menyebut kliennya telah memberikan dana senilai 1,8 miliar yang dititip ke oknum Kanit Polda Jabar yang berinisal DB.
“Dalam hal ini, DB merupakan penyidik yang menangani perkara klien kami sejak 2017 lalu. Meski DB telah pensiun dengan pangkat terakhir Kompol, namun tetap tidak akan lolos dari jeratan hukum. DB jelas telah menggelapkann uang titipan klien kami M Darwis sebesar Rp 1,8 miliar. “Terang Richard.
Berdasarkan ketentuan Undang – Undang Nomor 20 tahun 2001, perubahan atas Undang – Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi pasal 12 huruf e itu, Richard mengatakan bahwa telah terjadinya tindak pidana pemerasan.