“Pada bulan Januari ini, Monsoon Asia juga sedang pada puncaknya, sehingga keberadaan beberapa pusat tekanan rendah tersebut menguatkan angin Monsun Asia di atas laut Jawa dan kemudian meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Jawa Barat dan Bandung Raya,” ucap Teguh.
Kejadian angin kencang di level permukaan hingga level 850 mb (1,5 km) menyebabkan awan-awan hujan (Cu dan Cb) yang tumbuh di sekitar Bandung Raya kembali pecah atau tergeser ke arah timur hingga tenggara, sehingga hujan terjadi di wilayah Tasik, Ciamis, dan Banjar hingga ke Jawa Tengah, terutama Jawa Tengah bagian Selatan.
“Terpecahnya awan hujan di sekitar Bandung Raya, selain menyebabkan kejadian hujan terganggu, juga mengakibatkan meningkatnya temperatur maksimum di wilayah tersebut. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu terpecahnya awan menyebabkan kondisi langit menjadi clear, sehingga sinar matahari langsung masuk hingga level permukaan tanah. Selain itu, terganggunya proses hujan, menyebabkan tingkat kelembapan udara relatif (RH) tetap tinggi di atmosfer wilayah Bandung Raya,” katanya.
Teguh mengatakan, RH yang tinggi bersamaan dengan temperatur yang tinggi akan membuat fenomena ‘ngelekeb’ dalam Bahasa Sunda. Pihaknya pun mencatat, temperatur udara mencapai lebih dari 30°C.
Satu hal yang perlu diketahui temperatur udara di bulan Januari itu normalnya 27,7°C,” pungkas Teguh.
(Red-Kang Amat)