Langkah-langkah Proses Pembelian Produk Olahan Hasil Perikanan Oleh Konsumen

Oleh: Junianto1, Nelly Juenti2, Aldi Hakim2, Fathurrahman2, Zahra Egidita2 dan Rahajeng Balqis2

  • Staf Dosen Departemen Perikanan Unpad
  • Mahasiswa Program Studi Perikanan Unpad

SAMBASNEWS.id – Salah satu protein hewani bersumber dari ikan. Selain dapat dikonsumsi secara langsung, ikan juga dapat diolah menjadi bahan pangan lain yang dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi juga dapat memperpanjang umur simpan dengan tetap mempertahankan kandungan gizinya. Berbagai jenis ikan dapat diolah menjadi siomay, abon, pempek, dan lainnya dan masih bisa mempertahankan nilai gizinya (Ismail, 2017; Asikin, 2016; Tajuddin, 2018; Jasila, 2015; Salita, 2019).

Bacaan Lainnya

Menurut (Yuswohady, Fatahilah, Rachmaniar, & Hanifah, 2020), terdapat empat perubahan besar dalam gaya hidup yang disebut Megashift Perilaku Konsumen, yaitu gaya hidup di rumah (Stay at home lifestyle), kembali ke dasar piramida (back to the bottom pyramid), serba virtual (go virtual), dan masyarakat yang empatik (empathic society). Perubahan perilaku masyarakat juga mempengaruhi perilaku konsumsi pangan. Dalam situasi seperti ini, diversifikasi pangan semakin ditekankan. Hal ini menunjukkan pentingnya memberdayakan masyarakat dalam mengolah bahan pangan, terutama ikan (Azis, Safitri, Irmawati, & Suparmin, 2019) yang banyak ditemukan di Jawa Barat untuk memberikan nilai tambah dan menjaga mutunya. Upaya untuk menjaga mutu ikan dapat dilakukan dengan penanganan yang tepat agar ikan tetap segar atau dengan cara mengawetkan dan mengolahnya sehingga nilai tambah produk meningkat secara ekonomis.

Salah satu faktor utama dalam ekonomi adalah pelanggan yang menggunakan suatu produk. Menurut Hermawan (2012), sifat pelanggan yang mencakup sikap dan perilaku tidaklah tetap atau statis, tetapi pelanggan berkembang dan berubah secara dinamis. Pelanggan akan memiliki persepsi, memori, dan pengalaman baru dalam kehidupan mereka sebagai pelanggan.

Mellor 1967 menyatakan bahwa Dalam sektor perikanan, distribusi berperan penting dalam mengirimkan hasil produksi dari produsen ke konsumen akhir. Peningkatan sistem distribusi akan mendorong peningkatan produksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, peningkatan distribusi akan meningkatkan harga di tingkat produsen dengan mengurangi biaya distribusi, sementara secara tidak langsung akan memperluas jangkauan distribusi karena konsumen dapat menerima harga yang ditetapkan, yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan konsumen dan harga di tingkat produsen. Pembelian adalah tindakan yang dilakukan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan oleh perusahaan (Mulyadi 2016).

Dalam membicarakan pemasaran produk perikanan, konsep pasar, potensi, jenis komoditi perikanan, dan ciri produk yang dipasarkan sangat penting. Pasar pada awalnya diartikan sebagai tempat di mana penjual dan pembeli bertemu dan melakukan transaksi. Namun, definisi ini menjadi kurang relevan terutama karena kemajuan teknologi informasi. Kemajuan teknologi informasi, seperti telepon dan internet, memungkinkan transaksi hasil perikanan dilakukan tanpa harus bertemu langsung antara penjual dan pembeli. Dengan teknologi informasi ini, transaksi antar negara bahkan antar benua dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, misalnya antara Indonesia dengan Jepang, Korea, China, Amerika, Inggris dan negara lainnya. Sebagai proses produksi yang komersial, pemasaran produk perikanan sangat penting dalam pembangunan di sektor perikanan karena sistem pemasaran mampu menciptakan nilai tambah melalui guna tempat, guna bentuk, dan guna waktu.

PROSES PEMBELIAN PRODUK OLAHAN

George R. Terry (1975) Perencanaan adalah seleksi yang menghubungkan fakta-fakta, membuat dan memanfaatkan prasyarat-prasyarat yang relevan dengan masa yang akan datang dengan menggambarkan dan merumuskan aktivitas-aktivitas khusus yang diyakini penting untuk mencapai tujuan tertentu. Pengambilan keputusan pembelian, mereka dapat menciptakan strategi yang efektif untuk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dan meningkatkan penjualan mereka.

Sangat krusial untuk memahami tahapan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. Proses ini dimulai ketika konsumen memutuskan untuk membeli barang atau jasa dengan membayar sejumlah uang di pasar sebelum, saat, dan setelah pembelian (Lumen, nd). Pemasar perlu memahami perilaku konsumen agar dapat memasarkan barang atau jasa mereka dengan sukses. Dengan memahami proses pengambilan keputusan pembelian, pemasar dapat menciptakan strategi yang efektif untuk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dan meningkatkan penjualan mereka.

Keputusan pembelian konsumen terdiri dari enam tahap, yakni Identifikasi masalah, Pencarian informasi, Evaluasi alternatif, Keputusan pembelian, Pembelian dan Perilaku pasca-pembelian. Hal ini memperlihatkan cara seorang konsumen berpikir sebelum membeli produk. Pembeli bisa memakai keenam tahapan itu sepanjang proses pengambilan keputusan terhadap suatu produk. Ada kemungkinan pembeli mengabaikan satu atau lebih tahap, tergantung pada pemikiran konsumen, jenis produk, atau industri (Kotler et al., 2017). Kajian empiris juga bisa dijalankan untuk menggali lebih lanjut topik ini. Meskipun proses ini hanya membahas keputusan pembelian konsumen, studi lebih lanjut bisa dilaksanakan pada perilaku pembelian konsumen di platform digital.

Gambar 1. Phase Infographic for 6 Stages of Consumer Buying Process

Pengenalan Masalah (Problem Recognition)

Dimulai dengan keperluan dasar seperti udara, air, pangan dan tempat tinggal. Mungkin juga dimulai dengan satu langkah lebih maju dari kebutuhan dasar (Kotler & Keller 2016, Kotler at el. 2017). Perusahaan harus memahami keperluan konsumen dan menitikberatkan pada memuaskannya (Shma, 2012). Dalam mengenalkan keperluan, perusahaan dapat mengetahui keperluan konsumen dan membuat strategi pemasaran (Kotler & Keller 2016, Kotler at el. 2017). Misalnya; seseorang lapar maka makanan adalah keinginan, tetapi makanan yang berkualitas dapat memuaskannya. Oleh karena itu, perusahaan harus fokus untuk memenuhi keperluan konsumen.

Pencarian informasi (Information Search)

Setelah mengenali masalah yang dia hadapi, seorang konsumen akan mencoba mencari informasi tentang produk yang ia butuhkan. Proses ini bisa sangat cepat juga bisa berlangsung lama. Bisa dilakukan sendiri atau meminta pendapat orang lain. Bisa berlangsung secara offline maupun online. Bila konsumen mengandalkan informasi yang ada dalam ingatan jangka panjangnya maka ia akan memutuskan dengan cepat, dan akan segera melakukan pembelian. Bila konsumen mempunyai informasi yang terbatas maka akan banyak alternatif yang digunakan oleh konsumen untuk mencari informasi tentang produk yang akan dibelinya.

Saat seorang pembeli mengunjungi pasar untuk membeli barang atau jasa, ia akan mempertimbangkan kembali pikirannya tentang produk tersebut. Jika pengalaman masa lalu yang dialaminya positif dan memuaskan, maka ia akan membeli produk tersebut tanpa mencari informasi tambahan. Namun, jika pengalaman masa lalu yang dialaminya negatif, maka ia akan mulai mencari informasi tentang produk tersebut. Pembeli juga akan mencari informasi tentang produk baru yang ingin dicobanya (Clow & Baack 2016).

Pembeli biasanya mencari produk melalui beberapa sumber. Menurut Kotler, “Pembeli dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, termasuk sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, staf penjualan, dealer dan produsen, situs web dan seluler, pengemasan, tampilan), sumber publik (media massa, organisasi pemeringkat konsumen, media sosial, online penelusur dan tinjauan sejawat) dan sumber eksperimental (memeriksa dan menggunakan produk)” (Kotler dkk. 2017).

Evaluasi Alternatif (Evaluation of alternatives)

Ketika banyak informasi yang diterima konsumen maka ia akan mempertimbangkan berbagai alternatif solusi dari penyelesaian masalahnya. Konsumen yang ada dalam minimarket pun bisa mengevaluasi alternatif pilihan produk yang akan dibelinya. Pilihan ini biasanya akan sangat terkait dengan daya beli konsumen yang kemungkinan besar akan dikonversi menjadi permintaan (demand). Pada tahap ini, yaitu tahap ketiga dari proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen, muncul setelah tahap pencarian informasi yang merupakan tahap kedua. Setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang produk atau merek, langkah selanjutnya adalah mengevaluasinya dan memberikan peringkat. Meskipun perilaku konsumen sulit dipahami, pemasar dapat fokus pada beberapa langkah seperti konsumen yang pertama ingin memenuhi kebutuhan dan keinginannya, sementara konsumen yang kedua ingin mendapatkan lebih banyak manfaat dari merek yang dipilih dengan selektif (Kotler & Keller 2016, hlm. 197). Jika perusahaan dapat memahami proses evaluasi konsumen, maka perusahaan dapat memanfaatkan evaluasi alternatif dari proses konsumen.

Keputusan untuk Membeli (Purchase decision)

Setelah melakukan evaluasi alternatif-alternatif yang ada maka konsumen akan memutuskan membeli produk yang mana. Konsumen telah memutuskan untuk memperoleh sebuah produk setelah mengumpulkan data dari beberapa sumber, mengevaluasinya dan memilih di mana memperoleh dan apa yang akan dibeli. Pelanggan memperoleh merek atau produk yang dia beri peringkat tertinggi dalam tahap evaluasi. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh konteks sekitar.

Pembelian (Purchase)

Ini adalah tahap inti dari proses pembelian, karena semua proses tidak akan ada gunanya bila tidak dilakukan pembelian pada produk atau jasa, terutama dari sisi penjual. Keempat tahap sebelumnya belum dapat memastikan pembelian terjadi, bahkan keputusan pembelian bisa berubah dengan cepat ketika ada perubahan informasi sebelum pembelian. Misalnya seorang konsumen memutuskan untuk membeli batagor di pasar A. Kemudian ia mendapati sebuah batagor B yang mempunyai rasa dan ikan yang dipakai sangat mendekati dengan keinginannya maka konsumen tersebut bisa saja mengubah keputusannya dari yang semula akan membeli batagor A menjadi batagor B.

Evaluasi Pasca Pembelian (Postpurchase behavior)

Setelah pembelian setiap konsumen pasti akan melakukan evaluasi keputusan pembeliannya tersebut, terutama setelah ia benar-benar merasakan value dari produk yang dibelinya. Setiap konsumen bisa melakukan reaksi yang berbeda-beda. Baik konsumen yang tidak puas maupun yang puas, tergantung oleh banyak situasi dan latar belakang konsumen. Konsumen yang puas pun tidak menjamin ia akan melakukan pembelian ulang (repetition) karena setiap aspek bisa berubah dalam setiap tahapan pembelian.

Setelah memanfaatkan produk, klien mungkin merasa terpuaskan atau tidak puas. Apabila konsumen merasa puas, maka peluang untuk mempertahankan produk yang sama lebih besar, dan konsumen yang puas juga bisa mempengaruhi orang lain untuk membeli produk tersebut. Peluang untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk menjadi optimal, dan jika konsumen menjadi loyal terhadap produk, maka peluang untuk mempertahankan produk menjadi optimal oleh konsumen yang merasa terpuaskan. Apabila konsumen mempertahankan produk, maka penjualan produk meningkat, dan jika penjualan produk meningkat, maka tujuan perusahaan secara keseluruhan untuk mendapatkan keuntungan akan tercapai. Apabila konsumen merasa tidak puas atau tidak terpuaskan dengan produk perusahaan, maka masalah timbul. Seorang konsumen dapat merasa tidak puas karena berbagai alasan.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dapat disimpulkan, konsumen menggunakan keenam tahap selama proses pengambilan keputusan pada produk-produk yang jarang dibeli atau kadang-kadang dengan keterlibatan yang tinggi. Konsumen membeli produk perikanan dengan keterlibatan rendah dalam pengambilan keputusan jika produk perikanan tersebut adalah kebutuhan sehari-hari atau harga rendah. Untuk membeli produk olahan perikanan sehari-hari, kemungkinan terbesar adalah melewatkan satu atau lebih dari satu tahapan dalam proses pengambilan keputusan. Orang-orang membeli produk olahan perikanan kapanpun dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Asikin, A. N. (2016). Uji Organoleptik Amplang Ikan Bandeng (Chanos Chanos) yang Difortifikasi dengan Tepung Tulang Ikan Belida.

Azis, A., Safitri, E., Irmawati, & Suparmin. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ketahan Pangan  melalui Pengolahan  Abon dari  Ikan  Nila  di  Desa  Pringarata Kecamatan Pringarata Kabupaten Lombok Tengah. Jurnal Warta Desa. 1(1): 75–79.

Ismail, A. M., & Putra, D. E. (2017). Inovasi pembuatan abon ikan cakalang dengan penambahan jantung pisang. Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 19(1), 45-54.

Jasila, I., & Zahro, F. (2015). Making Shredded of Catfish (Pangasius Hypophthalmus) in Pradipta Jaya Food Probolinggo. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 6(1), 20-35.

Kotler, P. 2017. Principles of Marketing. Pearson Education. Seventh European Edition.

Kotler, P. & Keller, L.K. 2016. Marketing Management. Pearson Education. Fifteenth Edition.

Kotler, P. 2017. Principles of Marketing. Pearson Education. Seventh European Edition.

Ristina Siti S, Dona Setia U, Adnan Arshad. 2020. Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Mengkonsumsi Produk Agroindustri Abon Ikan Lele Original. 6(2): 833-842

Salita, L. (2019). Formulasi dan Karakterisasi Sambal Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Asap.

Sheikh, Q. 2019. Consumer Buying Decision Process Toward Products. International Journal of Scientific Research and Engineering Development. 2(5): 130-134.

Sutisna dan Sunyoto. 2013. Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tajuddin, A. F., & Perikanan, J. T. P. H. (2018). Pengolahan Amplang Ikan Tenggiri Dengan Penambahan Rumput Laut (Euchema Cottoni) di CV. Dzakwani Food Balibakpapan.

(Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *