“Karena guru itu terpaksa untuk terus maju tanpa memikirkan siapa yang ketinggalan. Jadi guru ini bisa memilih kalau misalnya guru itu merasa dia mau lebih cepat itu bisa, kalau guru itu merasa dia mau pelan-pelan sedikit untuk memastikan tidak ada [murid] yang ketinggalan juga bisa,” ucap Nadiem.
Tak hanya itu, keunggulan lain kurikulum merdeka ini sekolah bisa memilih untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing. Kebebasan memilih ini membuktikan bahwa Kurikulum Merdeka tidak akan membelenggu otonomi sekolah.
BACA JUGA :
- FSGI : Guru dan Siswa Bukan Kelinci Percobaan, Jangan Ada Dualisme Kurikulum Nasional Dalam Satu Tahun Ajaran
- Penjurusan di SMA Ditiadakan Pada Kurikulum Baru 2022
“Jadinya level otonomi, level kemerdekaan, bagi sekolah, bagi guru, dan bagi peserta didik itu sangat tinggi. Ini bukan kurikulum yang ingin membelenggu sekolah-sekolah. Ini adalah kurikulum yang paling merdeka yang memberikan kemerdekaan kembali kepada sekolah, hak-hak memilih bagi murid, guru, dan sekolah,” pungkas Nadiem.
(Red)