Bandung, Sambasnews.id – Pemberhentian sementara pembuangan sampah ke TPA Sarimukti yang diakibatkan oleh habisnya bahan bakar untuk kegiatan operasional Loader yang telah mengakibatkan antrian panjang truk pengangkut sampah dari 4 kota/kabupaten sepanjang kurang lebih 5 Km.
Rahmat Suprihat, Dir. Litbang LSM Peduli Lingkungan Jawa Barat (Pelija) mengatakan bahwa selayaknya hal ini tidak perlu terjadi apabila kejadian lonsor TPA Leuwigajah 16 tahun yang lalu telah menjadi perhatian komprehensif Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan memetakan konsentrasi pengelolaan sampah yang bukan hanya berorientasi pada kata “Buang” tetapi lebih fokus pada kata “Kelola”.
Selama penyelesaian masalah sampah fokus pada kata “Buang”, kita akan dihadapkan pada proses pencarian TPA dan ini akan terus berlanjut dari waktu ke waktu seiring kemampuan daya tampung TPA tersebut.
Pemerintah harus fokus pada kemauan mengelola sampah dan dimulai dari gerakan pengelolaan sampah berbasis rumah tangga dalam hal ini proses pemilahan sampah minimal pemilahan antara sampah kering dan basah.
Selanjutnya keberadaan TPA bukan bicara sebagai Tempat Pembuangan Akhir sampah namun lebih keren menjadi Tempat Pengelolaan Akhir sampah.
Kita berharap di TPA (Tempat Pengelolaan Akhir) ini, sampah buangan dari berbagai sumber dikelola menjadi produk yang punya nilai tambah diantaranya menjadi energi, kompos atau menjadi produk olahan sampah lainnya yang memiliki nilai tambah, tegas Rahmat.
Jawa Barat sebagai Provinsi yang memiliki banyak pakar persampahan sepertinya bukan menjadi hal yang sulit untuk bicara masalah solusi yang berhubungan dengan sampah.Kata kuncinya sejauhmana kolaborasi dengan para pakar itu dilaksanakan.
Kejadian 2005 semoga tidak terulang kembali, Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang dijuluki sebagai Kota Bandung Lautan Api menjadi Kota Bandung Lautan Sampah karena bencana ekologi terjadinya longsor TPA Leuwigajah yang sampai menelan korban jiwa, ungkap Rahmat.
(Kang Amat)