Oleh: Dr Rd Ahmad Buchari, S.IP., M.Si
Kepala Pusat Studi Desentralisasi Dan Pembangunan Partisipatif, Kepala Unit Penjaminan Mutu FISIP Universitas Padjadjaran dan Ketua Lembaga Hikmah Kebijakan Publik PW Muhammadiyah Jawa Barat
SAMBASNEWS.id – Program transmigrasi telah lama menjadi bagian dari kebijakan pembangunan di Indonesia. Sejak era Orde Baru, transmigrasi dirancang untuk memindahkan penduduk dari daerah padat ke wilayah yang lebih jarang penduduknya. Tujuan utamanya adalah menciptakan pemerataan pembangunan, mengurangi kepadatan penduduk, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks saat ini, program transmigrasi perlu direvitalisasi untuk menjawab tantangan pemerataan pembangunan, khususnya di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Mengapa Transmigrasi Masih Relevan?
Ketimpangan ekonomi dan pembangunan antardaerah masih menjadi masalah besar di Indonesia. Wilayah perkotaan, terutama di Pulau Jawa, terus berkembang pesat, sementara banyak daerah lain, terutama kawasan 3T, tertinggal dari segi infrastruktur, pendidikan, dan akses ekonomi. Program transmigrasi dapat menjadi solusi strategis untuk mengatasi masalah ini dengan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah-wilayah tersebut.
Transmigrasi modern harus lebih dari sekadar memindahkan penduduk. Program ini perlu dirancang untuk menciptakan pusat-pusat ekonomi baru yang mendukung kedaulatan pangan dan ketahanan ekonomi lokal. Melalui pemberdayaan sumber daya alam yang ada, kawasan transmigrasi dapat menjadi sentra produksi pangan, agribisnis, atau bahkan kawasan industri berbasis sumber daya lokal.
Teori “growth pole” dari Perroux (1955) relevan dalam konteks ini. Perroux menyatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat dimulai dari pusat-pusat pertumbuhan tertentu yang kemudian menyebar ke wilayah sekitarnya. Program transmigrasi, jika dirancang dengan baik, dapat menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ini di wilayah 3T, memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.
Peran Transmigrasi dalam Pemerataan Pembangunan
1. Menciptakan Pusat Pertumbuhan Baru
Kawasan transmigrasi dapat dikembangkan menjadi pusat ekonomi baru. Dengan dukungan infrastruktur yang memadai, wilayah 3T bisa menjadi kawasan produktif yang menarik investasi. Sebagai contoh, daerah transmigrasi yang difokuskan pada pertanian modern dapat menjadi lumbung pangan baru yang mendukung kedaulatan pangan nasional.