Segenggam Tanah dan Air

Tanah air jangan bernasib buruk karena salah urus.  Sekadar dibangun ragad fisiknya tanpa berjiwa. Apalagi dieksploitasi demi segala legasi. Seperti lirik perih bait awal lagu Ibu Pertiwi: Kulihat ibu pertiwi/Sedang bersusah hati/Air matanya berlinang/Mas intannya terkenang/Hutan gunung sawah lautan/Simpanan kekayaan/Kini ibu sedang lara/Merintih dan berdoa.

Jangan bikin Ibu Pertiwi lara karena tanah-airnya terkuras segala hasrat bermegahria. Tanah air itu ada pemiliknya, Dia Sang Khaliq. Manusia sekadar dititipi untuk memakmurkannya dan tidak boleh merusaknya. Hatta atasnama membangun, faktanya merusak (QS Al-Baqarah: 11). Tanah air dibangun mewah salah kaprah, buahnya nestapa dan musibah.

Bacaan Lainnya

Setiap insan tak layak jemawa. Sebatas hamba di hadapan Kuasa-Nya. Hari ini kita perkasa, esok hari tak tahu nasib seketika. Sebagaimana peringatan Tuhan: “Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.” (QS Luqman: 34). La hawla wa la quwwata illa billah!

(Red)

sumber muhammadiyah.or.id

Pos terkait