BANDUNG, SAMBASNEWS.ID – Kisah tragis menimpa Vanesa Angel. Kecelakaan maut karena Sang Sopir ngantuk. Wafatnya seseorang selalu ada asbab, bisa karena sakit, terbunuh, kecelakaan, bunuh diri atau pun mendadak jantung. Itulah sisi kematian manusia.
Seperti yang diterangkan Aktivis Pendidikan Dr. Dudung Nurullah Koswara, Sabtu (06/11/2021). Bahwa bila kita lihat dari sisi positif banyak hal baik yang bisa kita tangkap dari wafatnya Vanesa dan suami tercintanya. Dalam unggahan sejumlah video dan wawancara Vanesa Angel dan suami tercinta banyak pernyataan menarik.
Mari kita maknai kematian Vanesa Anggel sebagi pelajaran bagi kita semua. Pertama, semua orang punya masa lalu dan semua orang berhak memperbaiki masa lalunya. Dalam sebuah dialog Vanesa mengatakan Ia berusaha melupakan dan membuka lembaran baru yang lebih baik.
Jangankan Vanesa, di antara sahabat Nabi Muhammad SAW saja punya masa lalu yang jauh lebih kelam. Masa lalu adalah bagian kehidupan setiap manusia yang harus diambil maknanya dan berubah lebih baik. Begitu pun Vanesa punya masa lalu yang memberi pelajaran terbaik bagi diri dan keluarganya.
Kedua, Sang Suami ganteng sangat setia pada Vanesa. Ia pernah mengatakan ingin sehidup semati. Vanesa dan suami sama-sama saling mencintai dan keduanya sangat menjaga masa depan anaknya. Ia pun punya asuransi berjaga-jaga bila anaknya suatu saat ditinggalkan keduanya.
Vanesa dan suami bagaikan sehidup semati. Faktanya ternyata apa yang sering mereka katakan “sehidup semati” terjadi. Romantika kehidupan Vanesa dan wafat yang “romantik” adalah bagian dari takdirnya. Orang bijak mengatakan kadarullah.
Ketiga, bagi siapa saja, waspada punya sopir pribadi. Atau waspada bila kita menyetir sendiri. Jalan tol dan jalan di mana saja bila ngantuk berhenti! Kecuali ngantuk di rumah atau di tempat tidur, bisa seenaknya kita bertingkah. Dalam kendaraan kecepatan tinggi, ngantuk adalah proses bunuh diri.
Saat nyopir stamina harus vit. Hindari makan terlalu banyak, begadang sebelumnya atau makan ikan dan sayur kangkung. Mental membawa kendaraan roda empat harus sempurna. Harus segar pikiran dan badan, berdoa sebelum berangkat dan perbanyak zikir saat nyetir. Atau bisa pula diiringi musik yang memberi semangat.
Keempat, mari kita memaafkan orang sebelum meninggal. Kadang kita memaafkan orang dan merasa bersalah ketika sudah tiada. Mari kita memaafakan dan baik-baik pada sesama saat masih ada. Ada ungkapan yang mengatakan, “Kita akan merasa berdosa dan salah saat seseorang sudah tiada”. Menyesal itu belakangan. Mari kita minimize penyesalan dalam hal apa pun.
Mari kita mulai memaafkan kesalahan orang lain, walau pun berat dan sulit. Di mana kita tinggal, kerja dan hidup akan banyak kesalahan yang kita buat. Mari kita perbanyak memberi maaf dan toleran pada kesalahan orang lain. Namanya juga orang lain pasti lain.
Kelima, mari kita sadar diri, diri sadar. Setiap saat dan setiap waktu kematian membayangi kita semua. Kematian itu sangat dekat. Kematian adalah hal yang sangat dekat dan menempel pada setiap yang hidup. Setiap yang hidup akan mati. Setiap Si Hidup akan menjadi Si Mati.
Imam al-Ghazali mengatakan, “Sudah pasti kematian itu datangnya. Tidak bisa dipercepat ataupun diperlambat.” Bila pemahaman ini dimaknai maka kematian itu sudah ditentukan Ilahi. Kapan, di mana, saat apa dan dalam keadaan apa.
Perspektif lain mengatakan, “Kematian itu pasti tapi kita diberi kekuasaan untuk menentukan”. Apakah kita mau sehat umur panjang atau mau sakit umur pendek? Silakan pilih. Orang yang darah tinggi, mau makan sate atau mau makan buah-buahan? Silakan pilih.
Mari kita doakan umat manusia yang wafat mendapatkan ampunan dari Tuhan Yang Maha Pengampun, bahkan Abu Jahal sendiri tentu ingin diampuni oleh Tuhan Yang Maha Pengampun. Abu Jahal punya masa lalu dan kita pun sama punya masa lalu.
Mari kita berdoa, semoga kita semua hidup dalam kebaikan, kebahagiaan dan kesejahteraan dan wafat pun dalam kebaikan dan kesejahteraan. Semua pasti mati dan semua pasti punya ragam amalan selama hidupnya. Iman dan baik pada sesama adalah modal “KKM” umat manusia. Tuhan tak butuh, sesama kita sangat butuh kita!, Pungkas Dudung.
(Dadan Sambas)