Tunjukkan Indonesia Sebagai Bangsa Berkarakter Luhur

Oleh: Dra. Eha Julaeha, M.Pd.
Kepala SMAN 16 Bandung

SAMBASNEWS.id – Membaca pengalaman Alisa Wahid sepulang dari Taiwan kopernya diacak-acak petugas Bea Cukai dan diberondong pertanyaan yang seperti merendahkan, karena di Taiwan banyak TKW, sehingga ada kesan menyamakan dengan TKW karena penampilan putri Presiden keempat dianggap petugas tampang ndeso, karena kesederhanaannya. Tidak menenteng tas branded dan lain-lain, seperti putra-putri pejabat lainnya.

Bacaan Lainnya

Yang jadi pertanyaan, tidak adakah diklat mereka dalam menghadapi orang dengan etika? Minimal SOP-nya dijalankan. Bagaimana rekruitmennya?

Jadi mau cerita pengalaman pribadi juga nih.

Tahun 2004 dan 2005 mengikuti workshop di East- West Center Hawaii, tentu saja menambah pengalaman juga pertemanan. Sepulangnya saya mendapatkan bingkisan dari siswa-siswi kawan saya dari sekolah di New York Amerika Serikat.

Pada dus besar paket tersebut ditulis barang pendidikan, bebas bea dan pajak, tentu dalam bahasa Inggris, tetapi yang mengherankan saya, malah ketika di kantor pos Soekarno Hatta tempat pengambilan paket tersebut diminta membayar bea dan cukai untuk menebus barang tersebut sebesar Rp 650.000, kalau tidak salah. Saya bertanya kepada petugas kalau itu barang pendidikan yang tertulis di kardusnya bebas bea dari Amerikanya. Jawabnya, “Di Indonesia mah memang begitu.” Ya sudah akhirnya dibayar.

Menurut saya jumlah segitu terlalu besar dan mengapa saya harus membayarnya?

Sesampainya di sekolah saya buka. Ternyata isinya beberapa boneka, mainan dan lain-lain, yang merupakan rasa simpati siswa-siswi di sana akan peristiwa Tsunami Aceh.

Saya sangat terharu dengan sikap mereka yang memberikan perhatian dan empatinya terhadap orang lain yang terdampak musibah, walaupun saya jelaskan bahwa tempat saya jauh dengan Aceh, tetapi mereka tetap memberi perhatian terhadap sesama.

Saya juga masih ingat. Ketika tahun 2015 bersama siswa-siswi dari Bandung mengikuti ILA, International Leadership Academy di Fort WorthTexas. Waktu itu dilepas oleh Bapak Ridwan Kamil selaku Wali Kota Bandung sesuai dengan Program Sister City Bandung dan Fort Worth Texas.

Disiplin, konsistensi, komitment guru dan siswa-siswinya luar biasa. Mereka mengerjakan segalanya dengan serius dan sungguh-sungguh. Tidak ada yang memegang HP baik guru dan siswanya.

Sepertinya cuma saya yang kadang memegang HP, itu pun akhirnya saya simpan karena mereka memandangi saya ketika saya memegang HP.

Mereka fokus dalam menjalankan tugas dan kegiatannya. Saya merasa malu dengan sikap mereka.

Ketika kita hendak pulang naik bis, anak-anak Amerika terus berlarian di samping bis hingga agak jauh. Saya sangat terharu dengan perilaku mereka yang memberi empati terhadap kita. Menyampaikan rasa perpisahannya begitu mendalam.

Kita masih harus banyak belajar, dari siapapun, dari pengalaman kita, dari apapun peristiwanya. Betapa pembelajaran karakter yang terkait dengan perilaku itu sangat penting. Sehingga bisa mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya.

Merasa bahwa pendidikan karakter itu penting maka saya pun mengambil post graduade saya tentang pendidikan karakter di UPI. Pendidikan karakter yang mengandung nilai-nilai kebaikan sangat diperlukan dalam membangun bangsa. Baik budi bahasa menunjukkan bangsa. Karakter menunjukkan siapa kita, maka janganlah kita menjadi bangsa yang berkarakter kurang baik. Maka cita-cita bangsa ini, dalam mewujudkan “Manusia Indonesia yang berakhlak mulia” sepertinya masih dalam proses perjalanan yamg harus terus-menerus ditingkatkan dan diingatkan jangan sampai lupa ataupun lelah.

Mari kita memulai dari diri sendiri. Indonesia tanah air yang kita cintai, yang katanya ramah, mari kita tunjukkan jati diri kita, bahwa kita adalah bangsa hebat yang bermartabat dan bangsa yang memiliki karakter luhur.

Semoga Indonesia tetap jaya!!!

Aamiin…

(Mang Sambas)

Pos terkait