Jakarta, Sambasnews.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sering mendapat kritikan hingga nyinyiran dari banyak kalangan soal utang yang meningkat selama pandemi COVID-19. Kali ini kritikan datang dari DPD RI saat melakukan rapat kerja.
“Kita lihat kenaikan utang yang meningkat selama pandemi ini. Implikasi pembiayaan utang yang jadi salah satu opsi pembiayaan APBN selama pandemi COVID-19 adalah bertambahnya utang luar negeri pemerintah Indonesia,” ucap pimpinan rapat DPD RI, Senin (24/1/2022).
Menanggapi itu, Sri Mulyani mengatakan bahwa posisi utang Indonesia selama pandemi masih lebih baik dibanding negara lain. Hal itu tercermin dari defisit anggaran yang masih terjaga di single digit dibandingkan negara lain yang naik sampai double digit
Baca juga :
Sri Mulyani Berencana Untuk Tidak Menerbitkan Surat Utang Tahun 2022 Mendatang
“Tadi pimpinan menekankan mengenai utang yang cukup banyak, namun kalau kita bandingkan dengan negara-negara di dunia kenaikan defisit kita, kenaikan utang kita jauh lebih terukur bahkan dibandingkan baik negara maju maupun negara-negara emerging,” jelas Sri Mulyani.
Dilansir detiknews.com, Seperti diketahui utang pemerintah hingga akhir tahun tembus Rp 6.908,87 triliun dengan rasio utang 41% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Meski demikian, defisit masih terjaga dan lebih rendah dari prediksi dengan realisasi 4,56% terhadap PDB di akhir 2021.