Oleh: Rani Prastuti, S.Pd
Guru SMKN 7 Baleendah

SAMBASNEWS.id – Guru selalu dianggap sebagai pilar utama pembentukan karakter dan intelektualitas generasi muda dalam perjalanan panjang sejarah pendidikan.

Namun, di tengah arus perubahan zaman, terkadang kita menemui fenomena “guru killer” yang mungkin terlalu fokus pada otoritas dan ketidaksenangan terhadap sifat dasar kemanusiaan. Sebaliknya, kehadiran “guru humble” menawarkan pendekatan yang lebih humanis, kolaborasi, mengutamakan empati, dan membangun jembatan positif antara guru dan siswa.

Guru super galak yang menjadi sosok menakutkan bagi para siswa disebut sebagai guru killer. Guru killer adalah guru yang gampang marah, membuat pelajaran jadi tegang dan bisa saja membuat para siswa berkeringat dingin sepanjang jam pelajaran. Guru killer sering kali terjebak dalam penggunaan kekuasaan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru sering menggunakan kekuasaannya untuk membatasi partisipasi siswa yang kurang berprestasi atau tidak mengikuti materi dengan cepat.

Guru killer menunjukkan kurang peduli terhadap kebutuhan individu siswa, kurang memberikan waktu ekstra untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan, melainkan memilih untuk fokus pada siswa-siswa yang dianggapnya “cerdas” atau “berpotensi”. Hal ini menciptakan ketidaksetaraan dalam peluang belajar dan membuat beberapa siswa merasa tidak dihargai.

Guru killer juga dianggap selalu memberikan intimidasi. Guru menggunakan bahasa yang mengancam untuk menyuarakan ketidakpuasannya terhadap kinerja siswa. Beberapa siswa melaporkan bahwa mereka merasa takut untuk bertanya atau meminta bantuan, karena takut mendapat respons negatif dari guru mereka.

Baca berita di halaman selanjutnya…

Baca Juga  Walikota Bandung Harus Tegas Untuk Mengaudit Reklame dan Gedung-Gedung

By Sambasnews

Santun Dalam Bahasan, Lugas & Faktual

One thought on ““Bye Guru KILLER, Hello Guru HUMBLE””

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *